(Terkadang) kita membuat jendela
Untuk merasakan hembusan sebuah udara
Kita selalu menciptakan celah
Berharap kesejukkan datang menyelimuti kita
Namun semua masih dalam angan
Gambaran dari bayang-bayang
Yang kita terus pikirkan, karena kita
Hidup didalam ruang tertutup persegi
Panjang yang dibulatkan
Kita berjuang dalam penantian
Kita melawan dengan harapan yang tergenggam
Kita lupa akan Indonesia Raya
Kita mengesampingkan Bhineka Tunggal Ika
Yang ada dalam benak hanya kelangsungan hidup
Menyambung nyawa dan cenderung haus dan lapar
Akan hasil hingga berharap mendapatkan kelebihan
Yang tak'an habis. Kita membiarkan diri kita melakukan
Berbagai cara tanpa terkendali, melakukan apapun
Hingga tak tertahan, tidak ada aturan
Tidak perduli dengan pedoman, tidak pula kebersamaan
Kita masih terus disibukkan dunia
Mengikuti perkembangan yang sangat melelahkan
Melapisi diri dengan tembok beton hingga jeritan
Tangisan diluar tak dapat mengganggu
Kita dibuat mabuk tanpa terpikirkan hidup ini adalah pemberian
Kita mengacuhkan pelajaran yang diajarkan
Hingga meninggalkan dan mencampakan Dia
dan utusanNya., kita meludahi suara-suara peringatan
Yang mencoba mengingatkan serta pembantaian etika
Dan moral kita wajibkan. Kita hempas apapun, siapapun
Dengan keserakahan. Kita tindas hingar-bingar melalui kesombongan
Kita tidak sadar telah masuk dalam perangkap musuh
Yang kesepian dan ingin menjatuhkan bahkan membuat kita tersiksa
Hanya untuk dijadikan seorang teman. Kita terlalu asyik sendiri
Dan menghebohkan setiap yang kita anggap benar
Lalu kita lupa, akan peristiwa. Akan mana yang baik dan buruk
Kita terbang melayang, terbuai balutan kekuasaan
Menumpas habis hak, membumi-hanguskan kewajiban
Karena kita, itu terjadi. Untuk kita yang ikut merasakan
Dan oleh kita yang akan hilang hingga melekat nama yang tertinggal;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar